NUANSA
IMLEK DI TULUNGAGUNG
Tanggal 5 Februari 2019 etnis Tionghoa diseluruh penjuru dunia
kidmat merayakan tahun baru Imlek ke 2576. Tidak terkecuali dikota Marmer kami
Tulungagung, sejak pagi kelenteng telah dipadati oleh masyarakat. Uniknya,
lantaran dikota kami etnis Tionghoa merupakan minoristas, keramaian yang tampak
dikelenteng malah datang dari antusias masyarakat dari berbagai daerah, bukan
hanya dari mereka yang datang hendak untuk sembayang saja.
Satu pemandangan yang positive tentunya, mengingat hampir tiap tahun moment Imlek selalu ramai dipadati masyarakat yang notabenya bukan etnis Tioanghoa. Sebuah gambar bagaimana masyarakat yang menjujunjung solidaritas dari berbagai multiras hadir, tumpah ruah merayakan kesahajaan Imlek bersama dengan mereka yang merayakan. Sebuah potret mesra berpeluk kebersamaan dalam nuansa terangwarna merah.
Komplek kawasan peribadatan yang mencolok warna merahnya
sedari jauh itu terletak disekitar bentang Kali Sembung (Sungai). Kuil bernama
Tjo Tik Kiong tersebut sudah tampak sibuk sejak seminggu yang lalu dalam
menyambut persiapan Implek. Mengusung tema khas bernuansa 1000 lampion, oleh
pengurus konsep itu diangkat menjadi ciri khas dari klenteng yang berdiri sejak
1865 itu di tahun ini.
Melawati gerbagang,
pada teras kuil yang dibatasi pagar pendek tepat pada sudut tengah terdapat
tungku besar, sebuah tempat pemujaan sang dewa dengan media dupa, dengan
berteman lilin-lilin berukuran besar melingkarinya. Kesan pertama yang hadir
adalah wewangian dupa yang harumnya menembus hidung menghipnotis fikiran,
memaksa kaki untuk sejenak waktu memasuki kedalam lorong-lorong
peribadatan itu.
Berbicara Imlek pada
tahun ini, pertemuan saya dengan Cheche Jeje menghasilkan banyak sumber
menambah pengetahuan dalam mengenal tradisi dalam etnis Tiaongkok. “Imliek yang
hadir dalam balutan tahun shio babi tanah ini sekiranya akan menjadi momentum
penuh berkah bagi masyarakat.” Shio yang termasuk dalam anggota Shio Zhong,
dengan 3 lainya merupakan simbol penanggalan yang membawa tahun berkah,
meskipun, terdapat pula didalamnya pantangan yang harus dijauhi agar tak
tertimpa masalah.
Wanita yang tidak
lain adalah pengurus kuil Tjo Tik Kiong tersebut mengakui antusias
masyarakat memang selalu mengarungi hadirnya Imlek. Sugguhan atraksi yang
sering dihadirkan seperti halnya Leang-Leong dan Barongsai adalah magnet yang
selalu ditunggu masyarakat. Sebuah tradisi yang menjadi pemersatu yang
disugguhkan untuk masyarakat yang rindu tontonan tradisional.
Tampak berbagai
keluarga hadir memasuki ruangan peribadatan yang kemudian sejenak dalam diam
memanjatkan doa. Pada sang dewa dan leluhur, mereka berharap agar dikarunia
tahun 2019 yang akan berjalan dalam limpahan peruntungan baik. Tidak lupa
setelah berdoa, tradisi membagi Angpao tak lupa juga adalah tradisi mensucikan
limpahan karunia disepanjang tahun. Sama halnya sedekah bumi, berbagai pula
pada yang membutuhkan adalah moment terindah pada setiap hari besar, sebuah
perekat hati dalam berbagai perbedaan.
Begitulah Imlek
dikota kami, sebuah pemuas pesona dahaga diantara kota marmer, pesan yang tak
mati dalam ruang-ruang yang terbelah perbedaan, menyatu dan berpadu menjadi
warna memperindah dunia.
Write
By: Akbar Dedy Pratama
0 Comments