GUBUG
SAWAH DESTINASI YANG MEMIKAT MATA MILENIAL
Siapa sangka dari
botol-botol bekas seorang pemuda dari desa Sumberejo Wetan, kecamatan Ngunut
sukses menciptakan inovasi wisata baru di Tulungagung. Bernama Gubug Sawah,
kini tidak lagi asing ditelinga masyarakat Tulungagung dan sekitarnya sebagai
destinasi berlibur. Di bangun diatas bekas lahan sawah milik-nya (Andik),
gazebo-gazebo yang terbuat dari bambu beratap jerami ditata sedemikian rupa
demi menghadirkan nostalgia dengan rumah dipersawahan.
Menonjolkan sisi milenial,
gugusan wahana yang terbuat dari botol bekas dibentuk sedemikian model, disolek
dengan rangkaian lampu yang pada malam hari nyala sinarnya mengipnotis mata.
Buah kreatifitas yang ramah sayup sinarnya menciptakan nuansa romantisme
tersediri dalam membantu pengunjung menemukan nikmatnya malam.
Buka dari siang pukul
13.00 WIB sampai 22.00 WIB kawasan tersebut terus berusaha memuaskan kerinduan
masyarakat pada nuansa pedesaan, tanpa pula menanggalkan norma dalam masyarakat
pedesaan itu sendiri. Gubug Sawah, destinasi wisata yang memajang sebuah gambar
kemajuan prototype desain wisata para milenial.
Dari
buah pemikiranya itu, Andik telah berhasil menginspirasi banyak pelaku wisata
untuk mengangkat “daur ulang” sebagai konsep
pembangunan destinasi. Maklum saja hal itu bisa terjadi, selain lantaran
kawasan destinasi wisata di Tulungung sedang berperang dalam membangun
kesadaran membuang sampah sembarangan, faktor lain yang juga mempengaruhi
tentunya tidak lain adalah efisiensi alokasi dana untuk pembangunan destinasi
itu sendiri.
Dari
upaya andik tersebut, pengunjung yang hendak memasuki Gubug Sawahnya hanya
membayar Rp. 7.000 yang kemudian ditukarkan dengan teh botol. Dari sisa
botol-botol yang dibuang tersebut akhirnya dikumpulkan kembali oleh
para karyawan-nya, dan kemudian akan didaur ulang kembali menjadi wahana baru
disana. Agar efisien begitu katanya, lantaran segala pembangunan Gubug Sawah
tidak lain berasal dari dana pribadi. Sebuah keberanian luar biasa yang
didasari kemauan nekat turut andil berpartisipasi didalam pembangunan
roda wisata.
Telah
banyak yang mengapresiasi karyanya dengan silih bergantian-nya wisatawan dari
luar kota berkunjung. Sebuah gambar perjuangan hebat sebagaimana masyarakat
pedesaan pun tak mau kalah soal kreasi dengan kawasan kota. Gubug Sawah,
hasrat yang menyampaikan pesan anak desa yang berkeinginan mengharumkan
tanahnya kelahiranya tersohor, dari mulanya hanya diawali dengan mengorbankan
sepetak sawah, kini sanggup menjadi roda penggerak yang mampu mengangkat
potensi warga desanya untuk berkarya.
Writer: Akbar Dedy Pratama
0 Comments