BERTAHAN MELAWAN RODA
ZAMAN ENTING-ENTING
Dominasi rasa gurih
manis gula Arena atau gula kelapa yang berasal dari jawa berbaur dengan sensasi
rasa kacang tanah. Sebuah cuilan kue kring yang membentuk labirin kenikmatan
yang hendaknya kita larang pergi, membekas membuat ingin terus memenuhi mulut
dengan tiap gigitanya. Enting-enting, jajanan tempo dulu kahs Tulungagung yang
tetap duduk manis disinggasananya dan tidak sedikitpun bergeser. Usaha memang
tak menghianati hasil, begitulah yang dirasakan para pelaku jajanan klasik satu
ini. Terap bertahan-nya Enting-enting dalam hati masyarakat meski pasar
internasional mengembargo adalah sebuah pencapaian luar biasa besar.
Terus mengembangkkan
sayap ke pasar luar kota, asa rumah produksi Enting-enting di Tulungagung terus
mengebulkan dapur asapnya terus menguat. Terhitung ada 2 desa yang terus
bertahan memproduksi jajanan yang digolongkan kue kering ini. Desa-desa
pemeroduksi jajanan tersebut tak lain adalah desa Gesikan, kecamatan Pakel dan
satu lagi berada di salah satu desa di kecamatan Kauman. Di desa Gesikan,
pengusaha bernama Suprihatin terus berupaya mengembangkan sayap dalam
memperkenalkan usaha-nya ke dunia luar. Menjadi generasi ketiga, usahanya itu
terhitung telah lama berdiri bahkan sebelum dia lahir.
Belum ketemu secara
pasti sejarah kapan munculnya Enting-enting dalam tradisi masyarakat
Tulungagung. Sekedar mengkait-kaitkan, mungkin pada saat populasi pohon kelapa
masih banyak tumbuh berdiri diseantero penjuru kawasan Tulungagung membuat
produksi gula Aren melimpah. Lantaran susahnya menemukan gula dari tebu kala
itu membuat masyarakat lebih suka membuat gula-nya sendiri dari kelapa. Tak
heran pada masa itu, telah banyak lahir makanan-makanan khas yang resepnya
terbuat dari gula kelapa, salah satunya adalah Enting-enting.
Di masak dalam wadah
yang bersi air dengan takaran tertentu sampai gula-gula yang tadinya keras itu
mencair dan mengental. Setelah dirasa telah cukup, kacang tanah yang
sebelum-nya telah disangrai itu lantas baru boleh ditaburkan ke dalam tungku.
Hal tersebut harus dilakukan agar kacang tidak kehilangan rasa gurihnya
lantaran terlalu lama dimasak dalam tungku dengan gula. Aspek-aspek tersebut
sangat mempengaruhi faktor rasa dalam pembuatan Enting-enting. Tidak ada bahan
tambahan lain disana, unsur kimiawi pengawet pun dirasa tidak perlu, hal ini
lantaran unsur didalam gula Jawa otomatis memberikan daya tahan pada makanan
tersebut.
Enting-enting dan
pesonanya telah menginvasi beberapa kota diantaranya yang terjauh Surabaya,
Mojokerto, Malang, Nganjuk dan kota tetangga Trenggalek, Kediri dan Blitar.
Melalui jaringan pengusaha mikro, kini usaha yang dirintis dari masuk pasar ke
pasar itu telah banyak mengalami kemajuan. Dari mulai ruko dipasar tradisional
sampai toko semi modern telah memenuhi daftar pemesan setia Enting-enting.
Lidah masyarakat tak pernah berpaling nyatanya pada kenikmatan setiap
gigitanya. Pesona yang tidak pernah mati meski siang dan malam silih berganti
mengisi relung hati.
Writer: Akbar Dedy
Pratama
0 Comments